Tuesday, February 12, 2013

Inilah Praktek Perdukunan Dalam Politik Indonesia

 
 
Bukan hal baru di Indonesia hal-hal terkait dunia politik dan pemilihan umum mengikutsertakan dukun di dalamnya. Meski perkembangan ilmu pengetahuan begitu pesat, bagi pencari untung tetap saja ke para dukun untuk sekadar membangun rasa percaya diri sebelum pelaksanaan pemilu. Boleh saja tingkat elektabilitas calon dan partai rendah dari berbagai hasil survei. Namun ucapan dan nasihat sang dukun seperti nubuat tertanam dalam alam sadar sang pasien.

Politikus dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Permadi mengakui hal itu. Bahkan, Permadi menuturkan perdukunan politik di Indonesia sudah menjamur hingga semua level politik. "Mulai dari pemilihan lurah sampai presiden selalu ada calon menemui dukun atau orang dianggap memiliki kekuatan spiritual," katanya ketika dihubungi merdeka.com melalui telepon selulernya Kamis pekan lalu.

Permadi menilai pertemuan dunia politik dan perdukunan terkait budaya dan cara menghormati alam. Namun bagi Permadi, konsultasi calon ke dukun sudah dianggap lumrah. Meski begitu, kepercayaan dan konsultasi kepada dukun untuk menaikkan tingkat elektabilitas adalah pilihan masing-masing. Dia menjelaskan kadang ada orang-orang tertentu sengaja sok tidak percaya dengan perilaku itu. "Kadang kita munafik dengan perilaku itu dan pura-pura tidak tahu," ujar Permadi.

Dia menekankan hampir semua pemimpin Indonesia percaya dengan orang-orang pintar bisa membantu mereka. Dia mencontohkan mendiang Presiden Soekarno dan Soeharto terkenal kuat bertapa atau menyendiri di tempat sunyi, kemudian bertemu orang-orang di pelbagai pelosok negeri memiliki kesaktian.

Presiden Gus Dur selalu mengutip memiliki guru spiritual tidak pernah disebut namanya saat menjabat atau paling banter menyebut para kiai langitan. Bahkan, menurut Permadi, Presiden Habibie dikenal begitu rasional juga sama. "Apa berani Habibie membangun gedung tanpa kepala kerbau?" tutur Permadi.

Konsultasi ke dukun untuk menang pemilu, menurut pengamat politik Ray Rangkuti, adalah perilaku menggelikan. Bagi Ray, fasilitas ilmu pengetahuan untuk mengukur tingkat keterpilihan di masyarakat bisa menggunakan survei atau yang lainnya. "Mungkin orang masih percaya dukun untuk menang pemilu karena pengalaman masa lalunya dan kurang percaya diri," kata Ray saat dihubungi secara terpisah Jumat pekan lalu.

Ray menyayangkan masih ada politisi masih mempercayai dukun untuk mengambil hati rakyat dan memenangkan pemilu. Dia menyarankan sebaiknya mereka menggaet pemilih dengan visi dan misi bagus. "Kalau masih ada yang menggunakan dukun, kita tidak perlu pakai demokrasi."

0 comments:

Post a Comment

Game